Pages

TIPS CEPAT NAIK GAJI DAN JABATAN

 
Berikut ini beberapa kiat – kiat mudah yang bisa Anda pelajari dan cermati.

1. Berani tampil beda
Berani tampil beda dan anggaplah orang yg berinteraksi dengan Anda semua special. Tampil beda di sini bukan dalam hal penampilan saja, tetapi juga etos kerja Anda : disiplin, tepat waktu, energik, supportif. Jadikan Anda sebagai sesuatu medan magnet di mana orang lain merasa nyaman dengan Anda. Dengan menganggap orang lain special, berarti memupuk jiwa Anda sebagai orang yang baik, bijaksana dan penuh kharisma. Pelajari apa yang bisa Anda jual dari dir, apa yang bisa membuat rekan kerja Anda enjoy , boss Anda senang ? Banyak sekali tentunya. Contoh : kalau pintar baca doa , jadilah imam di kantor, pintar organisasi , jadilah kepala pengurus acara, pintar nyanyi, olahraga dll , tonjolkan faktor x Anda ini kepada semua orang.

2. Menjadi yang terdepan
Menjadi yang terdepan dimata atasan itu mudah sekali , kuncinya hanya 1. Anda memiliki sikap penolong , supportif dan solution maker. Contohnya : Anda tahu benar pekerjaan bawahan Anda, Anda bisa mengerjakan pekerjaan atasan dengan baik. Artinya , jika bawahan Anda mengalami sakit/tidak masuk kerja, Anda tenang dan bisa menanganinya. Begitu pula jika atasan Anda berhalangan hadir, Anda bukan nya jadi tumbal/sapi perah, tapi gunakan waktu/moment ini sebagai tantangan Anda. Kerjakan pekerjaan itu dengan baik, nah …someday , kalau jabatan di atas Anda kosong, otomatis Anda akan menjadi 1st priority /prioritas utama menduduki posisi tersebut. Boss Anda pasti melihat Anda dan percaya Anda siap untuk di angkat.

3. Percaya Diri

Bekerja harus percaya diri , rasa percaya diri akan kuat jika Anda barengi dengan niat tulus dari hati dan doa yang sungguh – sungguh. Apapun pekerjaan Anda , ada pekerja kantor yg rutinitas sehari – hari nya itu – itu saja , ataupun pekerja dinamis seperti Sales, marketing staff yang memiliki client / suasana kerja berubah -ubah tiap hari. Camkan dalam diri Anda ‘ Saya yakin Bisa !!

4. Berpikir positif, berpikiran terbuka dan adil
Di sekitar lingkungan kerja Anda pasti ada medan magnet positif dan negatif , mak dari itu perbanyak saja pikiran positif di diri Anda. Percuma ngomongin hal negatif, dan hati-hati biasanya banyak omong negatif malah bisa menjebak Anda. Ingat , rekan kerja Anda adalah seorang sahabat baik sekaligus kompetitor Anda dalam memperebutkan posisi jabatan tersebut, hati – hati kalau bicara dan selalu Berpikir positif, berpikiran terbuka dan adil.

5. Berani kalah
Siapkan sejak dini , zaman sekarang banyak sikut sana-sikut sini. Kalau anda nggak siap kalah , Anda hanya bisa menggeruti, nge-gosip dan malah pekerjaan Anda jadi keteteran , semangat kerja hilang , gara – gara anda nggak siap kalah , nggak rela kalau rekan Anda ternyata diangkat dan menang persaingan dengan Anda.

6. Jalin hubungan yang erat
Di dalam lingkungan kerja , Anda harus bisa menjalin networking/hubungan erat antara bawahan Anda , atasan anda dan orang yang memiliki pengaruh terhadap karir Anda. Contohnya : Dekatlah dengan Boss Anda , pelajari hobby nya , kesukaan nya ..sekali waktu anda boleh bawain oleh – oleh dari kampung atau dll , biasa untuk mengambil simpati :) , atau juga Anda dekati Kepala Personalia nya / Human Resources nya , Kepala Security dan lain lain. Semakin banyak networking , anda semakin dikenal dan Populer.

7. Ide dan Gagasan
Perusahaan Anda pasti butuh dan memerlukan orang – orang yang memiliki ide atau gagasan bisnis. Jangan malu-malu untuk mengisi kota saran/masukan , siapa tahu ide Anda masuk ke pimpinan atas dan dipertimbangkan. Hal besar biasanya di awali dengan ide/gagasan yang simple , jadi Anda gunakan celah ini untuk mendongkrak karir secara cepat.

8. Berani bertanya
Kalau Anda punya back up , kenapa tidak sekali waktu Anda bertanya ke atasan. Boss , kapan saya diangkat ? kapan gaji saya naik ya ? memang kelihatan nggak wajar , tapi ini perlu , soalnya anda memiliki booster di dalam diri anda , gunakan itu. Anda hanya bisa menggunakan no.8 ini jika Anda memiliki back up / value yang orang lain bisa menghargai lebih. Contohnya demikian : Anda ditawarin kerja di tempat lain dengan gaji lebih besar dan Posisi jabatan naik, nah disaat ini lah Anda bisa bargain , Anda bisa gunakan No.8 ini ke Perusahaan Anda. Siapa tahu perusahaan anda tersebut langsung memberikan tanggapan/menyetujui keinginan Anda.

9. Senjata rahasia
Senjata rahasia ini tidak perlu anda keluarkan , senjata ini untuk membuat anda nyaman bekerja dan bisa introspeksi diri dengan baik. Apa senjata rahasia itu ? yaitu adalah skill anda untuk bisa memiliki usaha/sumber penghasilan lain diluar gaji. Entah itu investasi bisnis , bisnis usaha diluar, usah bersama teman dll. Jangan jadikan Gaji sebagai satu – satunya sumber income.
Tidak ‘naik jabatan’ ? tidak ‘naik gaji’ , Anda tidak akan merasa prustasi. Anda justru merasa bangga kepada diri sendiri jika sukses memiliki sumber income yang penghasilannya menyamai/melebihi gaji Anda.

 Mudah-mudahan artikel ini membuat  Anda lebih bijaksana, tenang dan pandai memanfaatkan waktu, fasilitas dan energi. Demikian ulasan tips ini , semoga bermanfaat. Salam sukses.

Tips Anti Jenuh Kerja



Walau awalnya semangat, pekerjaan rutin kerap membuat kita bosan. Bila
kebosanan tak segera diatasi maka profesionalitas kerja pun jadi
korban. Sebelum performa kerja anda terancam menurun, baca tips ini!

1. Tuliskan tugas sehari-hari anda.


Bikin daftar pekerjaan anda sehari-hari. Dan berikan tanda pada setiap
pekerjaan yang sudah selesai anda kerjakan. Selain bisa lebih fokus
dan efisien, juga bisa jadi cara jitu menghindari tudingan anda tidak
cukup berusaha menyelesaikan tugas-tugas anda.

2. Minta lebih banyak tugas

Coba bicarakan dengan atasan anda dan minta lebih banyak pekerjaan,
termasuk tanggung jawab yang lebih menantang. Bila memungkinkan coba
meminta kepada atasan anda untuk bertukar posisi.

Jika tidak mungkin coba bantu rekan kerja anda menyelesaikan tugasnya.
Jadi relawan istilahnya. Selain rekan kerja akan merasa terbantu anda
pun jadi nggak bosan lagi. Tapi ingat, mintalah ijin terlebih dahulu
pada atasan anda. Jangan sampai rekan anda yang mendapat pujian dari
hasil kerja anda.

3. Menjadi panitia kegiatan yang dilakukan perusahaan


Bila perusahaan anda akan libur, usulkan untuk membuat liburan
bersama. Ide anda perlu dilontarkan pada atasan. Berikan juga usulan
tempat-tempat yang cocok untuk dijadikan tempat liburan. Bisa juga
anda mengusulkan untuk melakukan bakti sosial. Selain membuat anda
lebih akrab dengan lingkungan kerja, hal itu juga bisa menunjukkan
reputasi anda sebagai seorang pemimpin. Pasti anda mendapat nilai
lebih dari atasan.

4. Menambahkan nilai pada pekerjaan anda


Anda bisa memperlihatkan pada atasan ada bahwa anda memiliki kemampuan
lebih. Deskripsi pekerjaan anda hanya perlu menyelesaikan dan
mengajukan laporan keuangan standar. Bila anda mampu, mengapa tidak
mencoba melakukan analisa atau mengajukan format terbaru?

Untuk mengurangi prasangka anda hanya cari muka, lakukan hal itu tanpa
memberi tahu siapapun. Selesaikan sampai tuntas, dan ajukan pada
atasan anda. Tidak perlu meminta jawaban langsung. Tunggu beberapa
hari, sampai si bos memberikan jawaban.

Bila atasan anda menerima proposal yang anda ajukan tadi tentu akan
menambahkan nilai pekerjaan anda. Pasti si bos akan lebih antusias
memberikan tanggung jawab pada anda.

5. Ambil inisiatif dan mulailah proyek baru


Jangan menunggu perintah seseorang. Jadilah pro-aktif. Coba membuat
data base baru, atau cari klien baru yang cukup potensial untuk
perusahaan. Bisa juga mencoba menangani materi promosi perusahaan anda.

Selalu komunikasikan dengan pengambil keputusan setiap langkah anda.
Tujuan anda adalah menunjukkan kemampuan anda untuk bekerja, bukan
membuat orang lain terlihat tidak mampu atau mencoba meraih posisi
yang kosong.

6. Berpikirlah positif


Coba untuk selalu berpikir positif. Anda bosan karena hanya menangani
email perusahaan, namun di satu sisi coba tumbuhkan pikiran bahwa anda
diberi tanggung jawab mengkomunikasikan perusahaan dengan pihak-pihak
lain. Jadi
bila ada konsumen yang mengeluh atau ada kolega yang menghubungi
perusahaan, bisa cepat ditanggapi. apalagi bila segera dibicarakan
dengan kolega yang lebih senior, siapa tahu anda dapat promosi.

7. Cobalah Istirahat


Bila kebosanan benar-benar merasuki anda dan mengancam karir anda,
beristirahat sebentar. Pergilah makan siang atau minum kopi di kantin.
Ajaklah satu atau dua kolega baru di tempat kerja anda untuk bergabung.

Curi sedikit waktu untuk bermain games yang disedikan perangkat PC
anda. Main soliter atau bounce. Tapi jangan terlalu lama, bisa-bisa
anda kena semprot atasan.

Pergunakan waktu ekstra anda secara bijaksana, untuk menciptakan
jaringan kerja dan memperbaiki harapan karir anda


Yang Tua di Hormati yang Kecil di Sayangi



Tiada tatanan kehidupan yang lebih indah dari yang dibawa oleh syariat Islam. Konsep menuju kehidupan yang tenteram dan damai baik sebagai individu maupun kelompok telah dipaparkan dengan gamblangnya dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara konsep tersebut adalah keharusan menjalin kasih sayang kepada sesama muslim tanpa memandang usia, asal-usul serta status sosial. Eratnya tali cinta kasih ini juga tidak terbatas ketika mereka sama-sama masih hidup, bahkan telah mati sekalipun. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabadikan doa orang-orang yang beriman yang datang setelah kaum Muhajirin dan Anshar dalam Al-Qur’an:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ

رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha penyantun lagi Maha penyayang’.” (Al-Hasyr: 10)

Ucapan selamat dan doa kebaikan selalu muncul dari mulut mereka yang manis terhadap saudara-saudaranya. Coba kita lihat bagaimana bimbingan Nabi kita saat kita berziarah kubur. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing mengucapkan doa:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

“Semoga kesejahteraan dilimpahkan atas kalian wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami (juga) akan menyusul (kalian) insya Allah. Aku memohon keselamatan untuk kami dan kalian kepada Allah.” (HR. Muslim, kitab Al-Janaiz no. 975)
Bahkan setiap tasyahud dalam shalat, kita membaca:

السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ

“Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih.”
Inilah bentuk kecintaan yang bersumber dari hati-hati yang dalam. Kaum muslimin akan selalu kuat dan berwibawa manakala tali agama ini dipegang erat-erat. Dengannya, musuh-musuh agama ditimpa perasaan takut dan tidak bisa melihat umat ini dengan pandangan remeh.
Berikut akan kami uraikan dua permasalahan penting demi tercapainya suasana keakraban yang membuahkan kasih sayang di antara kaum muslimin.

Pertama: memuliakan orang yang lebih tua.

Menghormati orang yang tua bukan hanya budaya, namun bagian dari akhlak mulia dan terpuji yang diseru oleh Islam. Hal ini dilakukan dengan cara memuliakannya dan memerhatikan hak-haknya. Terlebih, bila disamping tua umurnya, juga lemah fisik, mental, dan status sosialnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barangsiapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenal hak orang tua kami maka bukan termasuk golongan kami.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab, lihat Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 271)

Hadits ini merupakan ancaman bagi orang yang menyia-nyiakan dan meremehkan hak orang yang sudah tua, di mana orang tersebut tidak di atas petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menepati jalannya.
Menghormati mereka termasuk mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرَ الْغَالِي فِيْهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah menghormati seorang muslim yang beruban (sudah tua), pembawa Al-Qur’an yang tidak berlebih-lebihan padanya (dengan melampaui batas) dan tidak menjauh (dari mengamalkan) Al-Qur’an tersebut, serta memuliakan penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tarhib no. 92)

Orang tua tentunya telah melewati berbagai macam tahapan hidup di dunia ini sehingga setumpuk pengalaman dimilikinya. Orang yang telah mencapai kondisi ini biasanya ketika hendak melakukan sesuatu telah dipikirkan matang-matang. Terlebih lagi, disamping banyak pengalamannya, juga mendalam ilmu dan ibadahnya. Ini berbeda dengan kebanyakan anak muda yang umumnya masih minim ilmunya, dangkal pengalamannya, dan sering memperturutkan hawa nafsunya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ

“Barakah itu bersama orang-orang tua dari kalian.” (HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim, dll, lihat Shahihul Jami’ no. 2884)

Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari fitnah Khawarij (kelompok sesat) di masa sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu. Semangat mereka dalam mengamalkan agama tidak diimbangi dengan mengikuti pemahaman para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Khawarij yang umumnya dari kalangan muda terkadang berdalilkan dengan dalil-dalil syariat, sesuatu yang sebenarnya bukan dalil bagi mereka. Para sahabat yang mengetahui sebab turunnya ayat dan sebab periwayatan hadits tentunya lebih tahu maksudnya dari mereka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan di antara ciri-ciri Khawarij yang akan muncul adalah:

سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آَخِرِ الزَّمَانِ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ

“Akan muncul di akhir zaman suatu kaum yang muda umurnya (para pemuda) yang bodoh akalnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6930)

An-Nawawi rahimahullahu menerangkan: “Diambil faedah dari hadits ini bahwa kekokohan dan kuatnya pandangan hati adalah ketika seorang telah sempurna umurnya, banyak pengalamannya, dan kuat pemahamannya.”(Fathul Bari 12/287)
Mendahulukan orang yang lebih tua

Ada beberapa keadaan yang disyariatkan untuk mengutamakan orang yang lebih tua, di antaranya:

1. Dalam mengimami shalat.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu:

إِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ لِيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمُّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

“Bila waktu shalat telah tiba maka hendaklah salah seorang kalian mengumandangkan adzan dan orang yang paling tua mengimami shalat kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 628)
Disebutkan dalam hadits lain, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang) artinya:
“Yang mengimami manusia adalah orang yang pandai membaca (memahami) Al-Qur’an. Bila dari sisi bacaan Al-Qur’an mereka sama maka yang paling tahu tentang sunnah. Bila pengetahuan mereka tentang sunnah sama maka yang paling dahulu berhijrah. Bila dalam hijrah mereka sama maka yang paling tua umurnya.” (HR. Muslim)

2. Dalam berbicara dan memberikan keterangan, kecuali yang kecil lebih tahu dan lebih mampu berbicara.
Disebutkan oleh Sahl bin Abi Hatsmah bahwa Abdullah bin Sahl dan Muhayyishah bertolak pergi menuju Khaibar yang pada saat itu ada ikatan perdamaian. Sesampainya di sana keduanya berada di tempat yang berbeda. Setelah itu Muhayyishah datang (menemui temannya), Abdullah bin Sahl, dan ternyata didapati dalam keadaan bersimbah darah, terbunuh. Muhayyishah lalu mengubur temannya kemudian pulang ke Madinah. Setelah itu Abdurrahman bin Sahl (saudara Abdullah yang terbunuh tersebut), Muhayyishah, dan Huwayyishah putra Mas’ud datang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abdurrahman yang waktu itu adalah orang paling kecil yang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin berbicara, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Hendaknya yang paling tua yang berbicara.” Maka kedua temannya yang berbicara dan Abdurrahman diam.” (HR. Al-Bukhari no. 3173)
Perhatikanlah. Meski seorang dalam keadaan tertimpa musibah namun seorang tetap menjaga adab-adab agamanya.

3. Dalam pemberian.
Sebagaimana hadits yang diceritakan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak (membersihkan gigi dan lisan dengan batang siwak), lalu beliau memberikan siwak tadi kepada orang yang paling tua. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

إِنَّ جِبْرِيلَ أَمَرَنِي أَنْ أُكَبِّرَ

“Sesungguhnya Jibril memerintahkan aku untuk memberikan kepada yang paling tua.” (lihat Ash-Shahihah no. 1555, dan hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad)
Ibnu Baththal rahimahullahu mengatakan: “Dalam hadits ini ada faedah yaitu mengutamakan orang yang sudah berusia lanjut dalam pemberian siwak. Masuk pula dalam hal ini mendahulukan dalam hal diberi makanan dan minuman, berjalan dan berbicara. Al-Muhallab berkata: ‘Hal ini dilakukan apabila manusia tidak duduk dengan berurutan, bila mereka duduk berurutan maka yang sunnah ketika itu mendahulukan yang kanan’.” (Ash-Shahihah vol. IV/76)

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi susu yang dicampur dengan air. Di sebelah kanan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang badui sedangkan di sebelah kirinya ada Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Nabi meminum susu tadi lalu memberikannya kepada badui itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

الْأَيْمَنَ فَالْأَيْمَنَ

“(Dahulukan) yang kanan lalu yang kanan.” (HR. Al-Bukhari no. 5619)

Demikian besarnya hak-hak orang yang sudah tua dan penghormatan kepada mereka sangat ditekankan bila dia itu adalah orangtuanya, kakeknya, pamannya, kerabat atau tetangganya. Karena mereka memiliki hak yang besar sebagai karib kerabat dan tetangga. Orang yang menghormati/memuliakan mereka maka dia akan dihormati saat tuanya. Balasan setimpal dengan perbuatan. Seperti apa kamu berbuat, maka seperti itu pula kamu dibalas.
Disebutkan dari Yahya bin Sa’id Al-Madani, ia berkata, “Telah sampai berita kepada kami bahwa siapa saja yang menghinakan orang yang sudah tua maka ia tidak akan mati sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang yang menghinakannya di saat dia telah tua.” (lihat Al-Fawaid Al-Mantsurah hal. 84 karya Dr. Abdurrazzaq Al-Badr)

Orang yang sudah beruban
Termasuk tanda-tanda orang yang telah menginjak usia lanjut adalah uban yang menghiasi kepalanya, kekuatan fisik yang mengendur, pandangan dan penglihatan yang mulai berkurang ketajamannya. Seorang muslim yang telah mencapai kondisi seperti ini tentunya telah melewati masa-masa yang panjang dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berbagai manis dan getirnya kehidupan telah dilakoninya. Dia pun merasa ajal telah dekat sehingga pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semakin bertambah. Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya adalah sebaik-baik orang, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

“Sebaik-baik orang ialah yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. At-Tirmidzi dan dia menghasankannya)
Orang yang beruban rambutnya karena menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia memiliki keutamaan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa beruban dengan suatu uban di dalam Islam maka uban itu akan menjadi cahaya baginya di hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’ no. 6307)
Maksudnya, uban tersebut akan menjadi cahaya, sehingga pemiliknya menjadikannya sebagai penunjuk jalan. Cahaya itu akan berjalan di hadapannya di kegelapan padang mahsyar, sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya ke dalam jannah (surga). Uban, meski bukan rekayasa hamba, namun bila muncul karena suatu sebab, seperti jihad atau takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ditempatkan pada usaha (amalan) hamba. Oleh karena itu, dimakruhkan –bahkan tidak keliru bila dikatakan haram– mencabut uban yang ada di jenggot atau semisalnya. (lihat Faidhul Qadir karya Al-Munawi, 6/202)
Tentang larangan mencabut uban, telah diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَنْتَفُوا الشَّيْبَ فَإِنَّهُ نُورُ الْمُسْلِمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Janganlah kalian mencabut uban, karena ia merupakan cahaya seorang muslim di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, dll. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dalam Riyadush Shalihin menghasankannya)

Kedua: menyayangi anak kecil

Bila orang yang telah lanjut usia mendapatkan hak penghormatan dan pemuliaan, demikian pula dengan anak yang masih kecil, dia berhak mendapat kasih sayang yang penuh. Anak kecil yang belum baligh secara umum masih lemah fisik dan mentalnya, serta belum mengetahui persis tentang kemaslahatan untuk dirinya. Kondisi yang seperti ini tentunya menggugah kita untuk memberikan kasih sayang kepadanya, karena beban syariat juga belum ditujukan kepadanya dan pena pencatat dosa pun belum berlaku atasnya. Oleh karenanya, menyayangi anak kecil merupakan keharusan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menshahihkannya dalam Riyadhush Shalihin)
Bila sifat belas kasihan dicabut dari seseorang maka hal itu menjadi pertanda kecelakaan baginya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلاَّ مِنْ شَقِيٍّ

“Tidaklah sifat kasih sayang dicabut melainkan dari orang yang celaka.” (HR. Ahmad dll. Dalam Shahihul Jami’ no. 7467, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu menshahihkannya)
Pernah pada suatu saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, cucunya. Waktu itu, di sisi Nabi ada seorang bernama Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqra’ mengatakan: “Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tidak pernah satu pun yang saya cium.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepadanya dan mengatakan:

مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi (Allah Subhanahu wa Ta’ala).” (HR. Al-Bukhari no. 5997)

Lihatlah, betapa meruginya yang tidak mendapat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala padahal rahmat-Nya sangat luas. Sungguh balasan kebaikan adalah kebaikan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar-Rahman: 60)

Tentunya, menyayangi anak kecil tidak hanya terbatas pada anaknya sendiri bahkan umum sifatnya. Bentuk menyayangi anak kecil juga banyak. Misalnya, dengan mencandainya tanpa ada kedustaan untuk memasukkan kegembiraan pada dirinya, menciumnya, menggendongnya, mengusap kepalanya, menyapa dan menyalaminya, serta mengucapkan salam kepadanya.
Pada suatu saat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu melewati anak-anak kecil lalu ia mengucapkan salam kepada mereka. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan demikian.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Termasuk menyayangi anak kecil adalah tidak mengarahkan mereka kepada hal-hal yang membahayakannya.
Demikianlah bimbingan Islam yang sangat mulia. Umat hendaknya membuka mata agar melihat dengan nyata indahnya agama yang mereka anut ini. Perlu dipertegas kembali bahwa bimbingan Islam selalu relevan, tidak akan pernah usang dengan perubahan waktu dan zaman. Kita tidak akan terlalu bahagia dengan pesatnya teknologi dan menjamurnya penemuan (inovasi) baru, bila mental umat tidak dibangun, sehingga akidahnya rapuh dan akhlaknya karut-marut. Lihat saja, ketika kecanggihan teknologi telah merambah berbagai lapisan masyarakat yang semestinya dimanfaatkan sebagai sarana kebaikan, namun ternyata tidak sedikit dijadikan alat dan media untuk saling mencaci, memfitnah, membenci, dan menzalimi.
Mari kita semua kembali kepada bimbingan agama kita dan bangkit dari kelalaian kita. Semoga kewibawaan umat yang diharapkan tidak hanya angan-angan belaka. Wallahu a’lam.

Sahabatku...Atasanku...



Seorang teman karib yang biasanya menjadi tempat curhat, tiba-tiba kini memiliki posisi lebih tingi. Haruskah menjaga jarak? Agar tak salah bersikap, simak sejumlah kiat berikut.

Sahabat adalah segalanya bagi Anda. Di saat sedang dilanda kesusahan, baik di tempat kerja maupun di dalam kehidupan sosial dan pribadi, teman karib atau sahabat memegang peranan penting. Entah sebagai teman curhat, saling berbagi di saat suka dan duka, atau saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang dirasa sulit.

Namun, adakalanya suasana pertemanan yang erat dan hangat ini berubah ketika tiba-tiba sang sahabat lebih dulu mendapatkan promosi jabatan dibanding Anda. Bisa saja pada awalnya Anda senang atas keberhasilannya dan mengharap bisa memanfaatkan posisinya. Atau, justru Anda iri dan cemburu dengan apa yang dicapainya.

Atau, bisa saja secara tiba-tiba menjauhi sang sahabat dan tak mau lagi berteman dengannya. Wah, jangan terlampau sensitif, dong! Sebaiknya Anda introspeksi diri dan mengenal lebih jauh kapasitas di dalam pekerjaan Anda.

Mungkin saja Anda masih memiliki sejumlah kekurangan dibandingkan dengan sahabat terbaik Anda, sehingga ia lebih dulu “naik pangkat”. Nah, agar Anda dan sang sahabat yang kini sudah menjadi bos tidak canggung kala berhadapan dan pertemanan Anda berdua tidak rusak, simak 7 tips berikut!

Teman Baik Belum Tentu Jadi Bos Baik
Jangan salah paham dulu! Seringkali Anda berfikir, pada awalnya akan sangat enak bila memiliki atasan yang merupakan teman karib atau sahabat sendiri. Anda salah! Memang, sih, pada beberapa kasus hal ini bisa saja menjadi benar. Namun, banyak pula yang gagal dan pada akhirnya persahabatan terkorbankan dengan sia-sia.

Tak saja kehilangan sahabat, Anda pun bisa kehilangan pekerjaan, lho!. Jadi, tak semua sahabat baik dapat bekerja sama dalam satu atap, apalagi posisi Anda berdua sebagai atasan dan bawahan. Pada kondisi ini, Anda benar-benar dituntut untuk bersikap profesional, dan buang jauh rasa tersinggung.

Bila atasan yang juga sahabat Anda marah, jangan dimasukkan hati atau langsung dijadikan urusan pribadi. Semua ada aturannya. Tempatkanlah diri Anda pada aturan yang benar dan sesuai. Jangan campur adukkan urusan pekerjaan dengan urusan perasaan Anda sebagai sahabatnya. Bila tetap bisa mempertahankan sikap luar biasa profesional, Anda akan dapat bertahan bekerja dengan baik.

Tahu Diri
Sedekat apapun hubungan Anda dengan sahabat yang kini menjadi atasan di tempat kerja, mulailah bersikap bijaksana. Jangan terlalu menunjukkan diri Anda sebagai teman dekat sang atasan.
Hal ini secara tak langsung akan menimbulkan kecemburuan di antara rekan-rekan kerja lainnya. Bersikaplah apa adanya seperti rekan kerja yang lain, dan jangan mengumbar sikap seberapa dekat Anda dengan sang atasan.

Jadilah Pendukung Yang Baik
Sebagai sahabat, tentu saja Anda akan mengenal dengan baik karakter atasan di kantor. Maka, faktor ini akan menjadi nilai tambah dan keunggulan lain bagi Anda, sebab hal ini akan dapat memudahkan Anda bersikap dan menerapkan cara kerja bersama atasan.
Jadi, bersikaplah dengan baik. Dan jangan pernah sekali-kali membandingkan karakter dan sikap kepemimpinan sang sahabat dengan atasan Anda yang dulu. Setiap orang akan memiliki cirri khas nya masing-masing. Sebaiknya, seraplah yang positif dan buanglah segala yang negatif.

Jangan Bergosip
Biang gosip merupakan ikon paling terkenal dan dicari di seluruh kantor. Mengapa? Si biang gosip ini begitu ahli dalam mengumbar segala hal yang berbau negatif juga bersifat provokatif. Nah, janganlah Anda termakan gosip!
Berada di dalam lingkaran gosip atau menjadi tokoh utama si biang gosip di kantor tempat kerja justru akan membuat Anda rugi. Dengan bergunjing dan bergosip, keahlian kerja Anda tak akan bertambah, bahkan nilai diri Anda di mata reka kerja lainnya akan menjadi negatif. Jadi sekali lagi, stop bergosip!

Kedepankan Etika Kerja
Walau atasan Anda adalah sahabat sendiri, tetaplah kedepankan etos kerja yang baik, yang diwujudkan tak saja dalam bentuk profesionalitas kerja, tetapi juga pada perilaku Anda. Etika menentukan tingkat profesionalitas Anda.
Nah, bila Anda bertemu dengan klien atau harus melakukan pertemuan dengan orang lain, divisi lain, atau perusahaan lain, yang atasan Anda belum mengenalnya, perkenalkanlah dirinya dengan posisinya. Jangan hanya menyebutkan namanya saja, namun yang terpenting siapa dia di dalam organisasi perusahaan.
Sehingga pihak ketiga di dalam pertemuan tadi akan mengetahui dengan jelas siapa yang bertanggung jawab dalam struktur organisasi Anda. Hal ini bukan dilakukan untuk menjunjung tinggi sebuah posisi atau jabatannya, melainkan lebih pada struktur tanggung jawab dan peran yang disandangnya. Jangan lupa, perkenalkan dan perlakukan sang sahabat ini layaknya atasan Anda, bukan seperti kawan baik saja.

Sopan Santun Itu Perlu!
Bila Anda dan sang sahabat telah biasa main cela-celaan, atau saling serobot dalam bersenda gurau, sebaiknya kini sikap konyol tadi jangan dibawa dalam urusan pekerjaan. Anda tetap dapat melakukan sikap kekanak-kanakan di luar urusan pekerjaan.

Misalnya, jangan main serobot ketika atasan sedang bicara. Tunggulah ketika ia telah selesai berbicara, barulah Anda menyambungnya. Bila berniat untuk unjuk gigi atas pengetahuan Anda, jangan lakukan dengan cara seperti itu karena, justru akan menujukkan Anda tak berpengetahuan akan etika kerja yang cukup memadai.

Apalagi jika posisi Anda cukup senior alias sudah bukan anak baru yang lulus kemarin sore. Bila Anda ingin menambahkan informasi kepada klien saat meeting, tetap lakukan dengan cara-cara yang halus. Tunggu atasan bicara, tambahkan informasi penting dan jangan mencela apa yang ia katakana di depan rekan bisnis atau klien.
Prestasi Anda memang tak dihitung dari sikap ini, tetapi lebih dari sikap profesionalitas kerja yang tinggi digabungkan dengan sikap etika kerja yang baik. Maka, tidak saja Anda dapat terus berteman dekat, namun hubungan atasan dan bawahan akan terus langgeng.

Terima Dengan Rendah Hati
Atasan marah adalah hal biasa. Namun, apa yang terjadi jika atasan yang marah adalah sahabat Anda sendiri? Merasa kesal, tersinggung berat, sakit hati, dan marah yang meluap-luap? Tunggu dulu! Jangan diteruskan. Kemarahan sang sahabat pasti ada sebabnya.

Intropeksi diri saja dulu. Jika Anda tak becus mengerjakan tugas-tugas, masak atasan tak boleh marah hanya karena ia sahabat Anda? Tidak mungkin bukan? Agar kondisinya tetap nyaman, mintalah maaf sesegera mungkin dan berjanji, Anda akan memperbaiki kesalahan yang diperbuat.
Banyak orang merasa gengsi mengakui dan meminta maaf kepada atasan yang juga sahabatnya sendiri. Padalah ini salah. Jika Anda ingin berada dalam koridor kerja yang profesional, jangan segan segera memperbaiki kesalahan, ditandai dengan rasa maaf yang tulus.

Belajarlah menerima teguran dari atasan dengan besar hati. Jangan mentang-mentang ia sahabat, Anda jadi merasa tak perlu minta maaf atas keteledoran dan kelalaian yang dilakukan dalam pekerjaan. Segera perbaiki sikap, dan jadilah pegawai juga individu yang makin baik dari hari ke hari. Percayalah, karier yang bagus memerlukan etos kerja yang tinggi dari setiap pegawai yang ingin berhasil.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger